JAKARTA, SENIN - Seorang pembantu rumah tangga (PRT) bernama Tarsinah (29) disiksa hingga tewas oleh majikan perempuan, istri seorang fotografer. Ini mengingatkan kasus serupa yang dilakukan oleh istri seorang dokter.
Peristiwa tragis ini terjadi di rumah majikan Tarsinah, pasangan Arifin-Elis Irena Santoso. Keluarga pengusaha foto studio ini tinggal di Jalan Aren No 29, RT 07/03, Jatipulo, Palmerah, Jakarta Barat. Tarsinah tewas Sabtu (16/8) pagi dan sang majikan berusaha menutup-nutupi kasus ini.
Elis Irena Santoso (35) melaporkan bahwa Tarsinah yang berasal dari Brebes, Jawa Tengah, tewas terjatuh dari tangga. Pasangan Arifin-Elis akhirnya membawa Tarsinah ke Rumah Sakit Pelni di Jalan Petamburan, Jakarta Barat. Elis dan Arifin meminta RS Pelni memeriksa kondisi Tarsinah setelah mengalami kecelakaan. Melihat keadaan Tarsinah telah tak bernyawa, rumah sakit menolak permintaan ini, Elis dan Arifin akhirnya disarankan untuk meminta surat keterangan dari RT/RW. Akhirnya, Elis dan Arifin membawa jenazah Tarsinah kembali ke rumah.
Elis dan suaminya lalu mendatangi kediaman Rahman yang menjabat sebagai ketua RT untuk meminta surat keterangan kematian Tarsinah. Kepada Rahman, lagi-lagi Elis mengatakan Tarsinah meninggal karena jatuh dari tangga. Rahman tak langsung mempercayainya. Ia minta diizinkan untuk melihat kondisi Tarsinah. Sebab, Rahman sudah sering mendengar bahwa Elis sering menyiksa pembantunya.
Kecurigaan Rahman semakin kuat setelah melihat jenazah Tarsinah. Ia pun memutuskan untuk melaporkan kejadian ini ke polisi. Rahman berjanji memberikan keterangan kematian jika polisi sudah melihat jenazah Tarsinah. Aparat Polsektro Palmerah pun datang. "Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata keterangan yang diberikan Elis tidak benar. Di tubuh Tarsinah ditemukan bekas luka penganiayaan," kata Kapolsektro Palmerah Kompol M Yusuf.
Sebenarnya, kata Yusuf, rumah sakit menolak permintaan ini bukan karena tidak ada surat pengantar dari RT/RW. "Mereka melihat adanya kejanggalan," kata M Yusuf, Minggu (18/8) sore.
Kejanggalan dimaksud adalah cara Elis dan Arifin membawa jenazah Tarsinah ke rumah sakit. "Mereka membungkusnya dengan plastik," kata M Yusuf.
Yusuf menambahkan luka bekas penganiayaan ditemukan di bagian belakang kepala, mulut, dan leher Tarsinah. "Rupanya, Tarsinah meninggal setelah dianiaya oleh Elis," turur M Yusuf.
Puncak penganiayaan dilakukan Elis pada Jumat (15/8) siang di ruang makan. Ketika Tarsinah membereskan piring-piring bekas makan, Elis datang dan mendampratnya. Elis menilai Tarsinah malas kerja. Tak puas hanya mendamprat, Elis mengambil botol minyak gosok dan memukulkannya ke kepala Tarsinah bagian belakang. Tarsinah tersungkur seketika. Tarsinah terjatuh, tapi Elis belum menghentikan penganiayaannya. Elis masih mencekik leher Tarsinah hingga pingsan.
Saat peristiwa ini terjadi, Arifin (suami) dan dua anak Elis sedang tidak berada di tempat. Yang ada hanya Zania, pembantu lainnya. Zania memilih berdiam diri dan mengerjakan pekerjaan rumah. Ia baru bergerak setelah dipanggil majikannya untuk membantu membawa Tarsinah ke kamar. "Menurut Zania, saat itu Tarsinah masih hidup," papar Yusuf.
Zania berusaha merawat Tarsinah yang terluka parah. Ia hanya memberikan obat luar di kepala Tarsinah yang terluka. Menjelang malam hari, keadaan Tarsinah semakin parah. Pukul 00.30, Tarsinah mengembuskan napas terakhir, disaksikan oleh Zania. Malam itu juga, Zania melapor ke Elis. Elis jadi panik. Dalam kebingungan, Elis membungkus jenazah Tarsinah dan baru keesokan harinya ia menceritakan kejadian ini kepada suaminya.
Tiga kali
Kasus yang dilakukan Elis ini mirip dengan kasus yang melibatkan Renata, istri dokter yang menyiksa tiga pembantunya hingga tewas.
Kasus Renata Tan (49) terungkap 22 Juli 2008. Ia menganiaya pembantunya, Septiana Maulina alias Lina (16) hingga tewas. Perbuatan istri seorang dokter spesialis anak ini merupakan ketiga kalinya.
Renata yang tinggal di Perumahan Kedoya Garden, Kedoya Selatan, Kebonjeruk, Jakarta Barat, juga sempat berupaya menghilangkan jejak dengan mengatakan Lina tewas setelah jatuh dari tangga. Sebelumnya, Renata sudah diadili karena dua kali menganiaya pembantunya. Ia terbebas dari jeratan hukum karena pengadilan menyatakan dia gila. Kali ini pemeriksaan polisi menyatakan Renata sehat.
Sama seperti Renata, Elis tiga kali pula menganiaya pembantunya. Bedanya dengan Renata, dua pembantu Elis sebelumnya tidak tewas. "Elis mendekam selama enam bulan di penjara karena perbuatannya, dulu," tutur Yusuf.
Kali ini, Elis pun harus mendekam di sel lebih lama karena korbannya tewas. "Ia dijerat Pasal 351 ayat 3 KUHP tentang penganiayaan yang menyebabkan kematian seseorang. Ancaman hukumannya tujuh tahun penjara," kata Yusuf. Ia menegaskan suami Elis tidak dijadikan tersangka karena tidak menganiaya.
Selalu mengulang
Menurut ahli psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel, kasus penganiayaan seperti ini adalah pengulangan atas apa yang pernah dilakukannya. "Kalau dia pernah dipenjara atas kekerasan yang dilakukannya, itu membuktikan penjara menimbulkan potensi residivisme atau efek tidak jera pada pelaku," kata Reza semalam.
Dalam rumah tangga, sosok pembantu merupakan korban potensial yang paling sempurna. Ini berarti pembantu sebagai sosok yang lemah dan tidak punya daya tawar. "Sedangkan si majikan sebagai pihak yang superior yang bisa melakukan apa pun, dan seolah si pembantu tidak ada bedanya dengan barang," ujarnya.
Banyaknya kekerasan yang dilakukan ibu rumah tangga kepada pembantunya bukan berarti kaum perempuan lebih dominan menganiaya. "Mungkin ini karena perempuan lebih sering di rumah. Saya belum menemukan apakah perempuan lebih dominan dalam menganiaya dibanding laki-laki," tandasnya.
Ia menambahkan para pembantu acap mengalami dehumanisasi. Mereka tidak dilihat dan diperlakukan sebagai manusia. Relasi majikan dan pembantu lama kelamaan menjadi semacam perbudakan baru. Ia meminta pemerintah dan polisi lebih tegas melindungi tenaga kerja informal seperti pembantu ini. "Hal ini jangan lagi dianggap sepele, sebab ini adalah kriminal. Depnaker harus membangun safe guard bagi pembantu," tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar