Rabu, 24 November 2010

Pemkab Sleman Siap Antisipasi Pergerakan Massal Pengungsi Merapi

Jumat, 19/11/2010 17:52 WIB
Pemkab Sleman Siap Antisipasi Pergerakan Massal Pengungsi Merapi 
Fajar Pratama - detikNews
 
Yogyakarta - Radius bahaya Gunung Merapi untuk Kabupaten Sleman telah diturunkan. Untuk itu Pemkab siap mengambil langkah untuk mengantisipasi kemungkinan adanya pergerakan massal pengungsi yang bergerak meninggalkan pengungsian.

"Ya kita siap mengantisipasi. Kita siap membantu transportasi. Kita tahu warga masyarakat ingin pulang," ujar Wakil Bupati Sleman Yuni Satia Rahayu di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, Jumat (19/11/2010) sore.

Namun Yuni menggarisbawahi, para pengungsi diminta untuk selalu berkoordinasi dengan pemerintah setempat, terkait dengan titik-titik mana yang sudah masuk dalam kategori aman.

"Jadi untuk daerah yang masih berbahaya jangan sampai ditempati," papar perempuan berkacama mata minus ini.

Sedangkan untuk para pengungsi yang masih belum dapat menempati rumahnya karena berada dalam zona bahaya, Pemkab Sleman siap membantu dengan mengkondisikan barak yang ada di atas. Barak-barak tersebut merupakan pos pengungsian yang dulu ada saat radius bahaya berjarak 10 kilometer.

"Kami akan bantu membersihkan. Menyediakan pasokan air, juga untuk Kecamatan Turi, Cangkringan dan Pakem," terang Yuni.

Pemerintah melalui Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) pagi ini telah mengumumkan bahwa radius bahaya di kawasan Merapi kembali dipersempit. Kabupaten Sleman yang pada penyempitan radius bahaya 'jilid 1' tak diturunkan jaraknya kali ini mendapat kabar gembira.

Untuk wilayah di sebelah barat Kali Boyong radius bahaya menjadi 10 km. Sedang yang berada di timur sungai tersebut sampai ke Kali Gendol, radius bahaya menjadi 15 km. Untuk wilayah Magelang dan Boyolali juga mengalami penurunan yakni masing-masing 5 dan 10 kilometer.

(fjr/nwk)

Din Syamsudin Jadi Saksi Pernikahan Sepasang Pengungsi Merapi

 Din Syamsudin Jadi Saksi Pernikahan Sepasang Pengungsi Merapi 
 
Fajar Pratama - detikNews
Rabu, 17/11/2010 14:48 WIB
Yogyakarta - Mungkin saja Agung Setiawan dan Lisnawati kelak tidak akan pernah melupakan setiap momen pernikahan mereka. Selain dilangsungkan di pengungsian, yang menjadi saksi pernikahan mereka adalah Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin.

Dan hebatnya publik figur yang terlibat dalam pernikahan tersebut tak hanya Din. Turut jadi saksi, Wakil Bupati Sleman Yuni Satia Rahayu, Camat Pakem Budiharjo, Camat Cangkringan Syamsul Bakri dan sejumlah anggota DPRD Sleman.

Upacara pernikahan dilangsungkan di lantai dua stadion Maguwoharjo, dihadiri oleh sanak saudara dari kedua mempelai. Seremoni berlangsung sederhana namun khidmat.

Mempelai pria, Agung mengatakan bahwa pernikahan tersebut terpaksa dilaksanakan di barak pengungsian karena rumah dan harta benda keluarga mempelai perempuan di Dusun Kopeng, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman luluh lantak diterjang awan panas erupsi Gunung Merapi.

"Rumah saya juga masih diselimuti abu vulkanik," tandas pria berusia 22 tahun asal Jatimulyo, Kabupaten Magelang ini kepada wartawan, Rabu (17/11/2010) siang.

Agung sendiri bersikukuh untuk tetap melaksanakan rencana pernikahan yang telah ditentukan sebelumnya. Meski abu vulkanik menghadang, dia tidak mau menunda momen spesial dalam hidupnya tersebut, karena di adat jawa hari baik itu tidak boleh ditunda.

"Sebelumnya kami memang telah menentukan hari pernikahan yang bertepatan dengan Idul Adha ini. Kami tak mau menunda tanggal pernikahan yang sudah ditetapkan, karena tanggal dan bulan inilah yang menurut para orang tua kami yang paling baik, nggak bisa diubah, apapun kondisinya," tegasnya mantap.

Menurut dia, dirinya bersama keluarganya juga menyadari kondisi keluarga calon istrinya yang sedang dalam kesusahan karena bencana Merapi, sehingga tidak masalah pernikahan dilangsungkan di barak pengungsian.

"Setelah menikah ini istri akan saya bawa ke rumah saya di Magelang dan tinggal sementara di sana," katanya.

Din yang juga memberikan khutbah pada upacara pernikahan ini sempat menawarkan kepada mempelai untuk berbulan madu tiga hari di rumah pribadinya di Pogungharjo Sleman atau memilih salah satu hotel berbintang di Yogyakarta untuk bulan madu tiga hari.

Namun tak disangka, kedua mempelai itu menolak secara halus tawaran Ketua Umum Muhammadiyah itu.

"Terimakasih Pak. Pernikahan ini sudah jadi kado terbaik buat kami. Semuanya sedang susah, kami tak bisa tinggal di hotel atau rumah bapak," tolak Agung yang merupakan pekerja di perkayuan itu dengan sopan.

(fjr/gah)