Minggu, 25 September 2016

Naomi Klein : Ikonnya Ikon, Penulis The Shock Doctrine dan No Logo

Minggu, 2009 April 19

Naomi Klein : Ikonnya Ikon, Penulis The Shock Doctrine dan No Logo
Kapitalisme dan demokrasi, pasar bebas dan manusia bebas, tidak bisa berjalan berdampingan sebagaimana klaim selama ini

Petikan dibawah ini adalah bagian terjemahan tulisan Larissa MacFarquhar, Outside Agitator: Naomi Klein and the New New Left yang dimuat di www.newyorker.com pada 3 Desember 2008. Artikel ini dengan cermat di terjemahkan oleh Mellyana Frederika, kontributor Mediabersama.com.

Beberapa minggu terakhir merupakan masa sibuk. Sejak buku “The Shock Doctrine” diluncurkan, Naomi Klein–38 tahun–telah menjadi seseorang yang paling menonjol dan berpengaruh diantara kaum kiri Amerika – sebagaimana Howard Zinn dan Noam Chomsky tiga puluh tahun yang lalu. Nyaris setiap hari dia berbicara di seluruh dunia, dan ratusan orang datang untuk mendengarkan. Mereka mengunjungi websitenya dan mendaftarkan diri kedalam newsletter-nya serta mengirimkan surat penggemar yang penuh hasrat. Dia telah menjadi ikonnya ikon: Radiohead dan Laurie Anderson turut mempromosikan bukunya kepada penggemar mereka; laporannya di Baghdad menginspirasi John Cussack membuat film komedi “War, Inc”. Direktur film asal Meksiko, Alfonso Cuan merasa sangat yakin dengan “The Shock Doctrine” sampai membuat film promosi pendek dengan cuma-cuma. Sekarang, secara mendadak, Naomi Klein diminta dimana-mana. Munculnya krisis ekonomi menjadi bukti teori “shock doctrine" dan semua orang menginginkan Naomi muncul di televisi dan menjelaskannya.

Tema utama The Shock Doctrine adalah bahwa kapitalisme dan demokrasi, pasar bebas dan manusia bebas, tidak bisa berjalan berdampingan sebagaimana klaim selama ini. Justru sebaliknya, kapitalisme–setidaknya kapitalisme fundamentalis, salah satu tipe yang dipromosikan oleh almarhum Milton Friedman dan kroni “Chicago School” (Mazhab Chicago)–menjadi begitu tidak popular dan berbahaya bagi semua orang kecuali si kaya dari yang terkaya, dimana perwujudannya membutuhkan tipuan terbaik dan yang lebih buruk lagi adalah terror dan siksaan. Friedman mempercayai bahwa pasar akan bekerja baik ketika dibebaskan dari campur tangan pemerintah, sehingga dia mengadvokasi penghapusan tarif, subsidi, aturan tentang upah minim, perumahan publik, jaminan sosial, peraturan finansial, perijinan, termasuk bagi dokter, ya, boleh dibilang menghapus seluruh ukuran yang dipakai untuk melindungi masyarakat dari logika kejam pasar. Naomi berargumentasi bahwa satu-satunya kondisi dimana populasi akan menerima reformasi gaya Friedman adalah ketika ada kondisi kejut, baik itu karena bencana alam, serangan teroris dan perang. Seseorang yang mengalami shock akan berada pada kondisi seperti anak-anak yang merindukan sosok orang tua pengontrol; serupa dengan itu, masyarakat dalam kondisi shock akan dengan mudah memberikan kuasa kepada para pemimpin dan mengijinkan mereka menghancurkan fungsi mengatur pemerintah.
Diposkan oleh andreas iswinarto di 05:13
Label: aksara, ekonomi-politik, sosial-budaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar